PENDIDIKAN

DPRD Sorot Pengelola MBG di SBB Usai Ratusan Siswa Keracunan

RakyatMaluku.co.id – PROGRAM Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang mampu menekan angka stunting kini justru menjadi sumber petaka. Lebih dari seratus siswa di Desa Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, dilarikan ke puskesmas setelah mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan dari dapur penyedia MBG, Selasa (21/10/2025).

Korban berasal dari tiga satuan pendidikan SD Inpres Talaga Ratu, MI 2 Kairatu, dan satu PAUD yang semuanya menerima jatah makanan dari dapur MBG di wilayah itu. Kejadian tersebut menimbulkan keresahan luas di tengah masyarakat serta menimbulkan trauma bagi para siswa dan orang tua.

Anggota Komisi I DPRD Provinsi Maluku, Ismail Marasabessy, menilai insiden ini menunjukkan lemahnya sistem pengawasan terhadap mutu dan keamanan pangan dalam pelaksanaan program MBG. “Peristiwa ini meninggalkan dampak psikologis yang besar bagi anak-anak. Sejak kejadian itu, mereka enggan menyentuh makanan bergizi gratis dari sekolah,” ungkapnya di Gedung DPRD Maluku, Ambon, Selasa (21/10/2025).

Menurutnya, program yang seharusnya menyehatkan anak-anak justru berbalik menjadi ancaman karena minimnya kontrol terhadap proses penyediaan makanan. “Kalau program MBG dijalankan dengan tanggung jawab, maka hasilnya tentu positif. Tapi kalau malah meracuni, sebaiknya dihentikan,” tegas politisi Partai NasDem asal daerah pemilihan SBB itu.

Ismail meminta agar pemerintah daerah segera melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk terhadap pengelola Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Al-Barqah Nahdliyin Waimital yang menjadi pelaksana di lapangan. Ia juga mendesak aparat kepolisian mengusut tuntas dugaan kelalaian yang menimbulkan korban massal. “Ini menyangkut nyawa anak-anak. Kalau terbukti lalai, dapur penyedia harus dicabut izinnya,” ujarnya.

Sebagai alternatif, ia mengusulkan agar dana program MBG disalurkan langsung ke sekolah untuk dikelola sendiri dengan pengawasan ketat. “Sekolah tentu lebih berhati-hati, karena mereka yang berhadapan langsung dengan siswa setiap hari,” tambahnya.

Sementara itu, pihak kepolisian masih menyelidiki sumber keracunan dan kemungkinan adanya unsur kelalaian dalam proses penyajian makanan. Tragedi di Kairatu ini kini menjadi tamparan keras bagi penyelenggara program MBG sebuah inisiatif yang semestinya membawa gizi dan harapan, bukan ketakutan dan korban.(*)

 

Exit mobile version