PENDIDIKAN

13 Duta Madrasah Maluku Berangkat Tanpa Bekal Provinsi

RakyatMaluku.co.id – AMBON, Sebuah kenyataan pahit tengah menyelimuti dunia pendidikan madrasah di Maluku. Tiga belas siswa terbaik yang terpilih mewakili provinsi ini di ajang Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) Tingkat Nasional 2025 di Provinsi Banten November 2025 akan diberangkat ke arena bergengsi itu tanpa pembinaan, tanpa pelatihan, bahkan tanpa bekal akibat nihilnya anggaran.

Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, para peserta yang berhasil menembus level nasional selalu mendapat pembinaan intensif dari Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Maluku. Tradisi itu bukan sekadar rutinitas, tetapi menjadi benteng terakhir untuk membangun kepercayaan diri dan kesiapan mental siswa sebelum berhadapan dengan ratusan pesaing dari seluruh Indonesia.Kini, tradisi itu terhenti begitu saja. Tak ada pemantapan, tak ada bimbingan teknis.

Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Maluku, Farida Laisouw, tak menampik kenyataan getir ini. Ia mengakui bahwa tidak ada satu rupiah pun anggaran yang tersedia untuk pembinaan peserta OMI tahun ini.

“Kami sudah berkoordinasi dengan Kemenag kabupaten/kota dan kepala madrasah agar pembinaan dilakukan secara mandiri. Tapi dari provinsi sendiri, memang tidak ada anggaran,” ujarnya, Senin (20/10/2025).

Farida menuturkan, sebenarnya pihaknya berkeinginan kuat untuk menggelar pelatihan seperti tahun-tahun sebelumnya, namun keterbatasan anggaran memaksa mereka menyerah pada keadaan.

“Kami sangat ingin membekali para siswa, apalagi waktu keberangkatan tinggal dua minggu lagi. Tapi kondisi keuangan memang tidak memungkinkan,” tambahnya lirih.

Kini, beban pembinaan sepenuhnya jatuh di pundak madrasah dan Kemenag kabupaten/kota. Mereka diminta untuk melakukan persiapan dan pembekalan secara mandiri.

Farida mengaku pihaknya telah mengajukan proposal bantuan ke Pemda, BUMN, dan BUMD di Maluku, namun hingga kini belum ada kepastian dukungan yang bisa diandalkan.

“Kami berharap ada bantuan, minimal untuk biaya transportasi dan perlengkapan siswa,” katanya.

Kondisi ini menjadi ironi di tengah gencarnya kampanye pemerintah soal peningkatan mutu pendidikan. Para siswa berprestasi yang seharusnya menjadi kebanggaan daerah kini justru akan berjuang tanpa dukungan, tanpa pembinaan.

Sementara itu, waktu terus berjalan. Keberangkatan menuju ajang nasional tinggal hitungan hari. Jika tak segera ada langkah nyata dari pemerintah daerah maupun Kemenag pusat, Olimpiade Madrasah Indonesia 2025 berpotensi menjadi panggung kesedihan bagi Maluku, bukan kebanggaan.

Mereka tetap akan berangkat dengan semangat yang tersisa, dengan tekad yang mungkin lebih kuat dari dukungan anggaran.

Namun di balik itu semua, satu pertanyaan menggema, “Apakah prestasi masih layak diperjuangkan ketika semangat dibiarkan berjuang sendirian?”. (CIK)

Exit mobile version