INTERNASIONAL

Greta Thunberg Jadi Simbol Baru Perlawanan Dunia

Tangkapan layar Instagram gretathunberg. (Greta Thunberg, Kiri)

RakyatMaluku.co.id – DUNIA internasional dikejutkan oleh penahanan ratusan aktivis kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) oleh militer Israel. Organisasi lintas negara itu mengklaim misinya murni kemanusiaan: menyalurkan bantuan makanan, obat-obatan, dan alat kesehatan ke Jalur Gaza yang hingga kini masih terblokade total.

Sejak Rabu (1/10), angkatan laut Israel mencegat puluhan kapal yang membawa bantuan dan menahan sekitar 500 aktivis dari 42 negara. Pemerintah Israel menuding para relawan melanggar “blokade laut sah”, sementara komunitas internasional menilai tindakan itu sebagai pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan.

“Tujuan kami hanya satu: menolong warga sipil Gaza,” tegas pernyataan resmi GSF, seraya mengecam tindakan Israel yang disebut “menghambat jalur hidup bagi warga Palestina”.

Tangkapan layar Instagram gretathunberg.

Namun perhatian dunia bukan hanya tertuju pada insiden penahanan, tetapi juga pada sosok muda di balik gerakan itu—Greta Thunberg. Aktivis lingkungan asal Swedia berusia 22 tahun itu menjadi salah satu figur yang memimpin armada kemanusiaan menuju Gaza.

Greta, yang sejak kecil hidup dengan Sindrom Asperger, menyebut kondisinya sebagai “kekuatan super” karena memberinya fokus luar biasa terhadap isu-isu kemanusiaan dan lingkungan. “Saya tidak berhenti ketika tahu ada ketidakadilan. Saya terus maju,” ujar Greta dalam wawancara singkat sebelum berangkat dari pelabuhan Athena.

Langkah Greta dianggap simbol perlawanan moral terhadap ketidakadilan global. Banyak pihak memujinya sebagai bukti bahwa keberanian dan empati lintas batas bisa datang dari siapa pun, tanpa memandang usia maupun kondisi pribadi.

Sementara itu, organisasi HAM internasional menyerukan pembebasan segera para aktivis GSF dan menuntut Israel membuka akses kemanusiaan ke Gaza. Situasi di perairan Timur Tengah kini semakin tegang, dan dunia menunggu langkah diplomatik berikutnya untuk mencegah krisis kemanusiaan yang lebih dalam. (FIK)

Exit mobile version