RAKYATMALUKU.CO ID — MASOHI — Aparat Polres Maluku Tengah (Malteng) berhasil menggagalkan upaya penyelundupan senjata api rakitan dan amunisi ke wilayah rawan konflik di Kecamatan Seram Utara, kabupaten setempat.
Tiga pria ditangkap dalam operasi tersebut saat melintas di Negeri Sifluru, Kecamatan Waipia, Kamis, 5 Juni 2025. Ketiganya adalah BM (54), RS (51), dan SM (44), warga Desa Masiwulan, Kecamatan Seram Utara.
Kabid Humas Polda Maluku Kombes Pol Areis Aminnullah menjelaskan, penggagalan itu bermula dari informasi masyarakat yang menyebutkan adanya pengiriman senjata menggunakan mobil Avanza warna silver pada hari kejadian.
“Informasi yang didapatkan bahwa akan dilakukan pengiriman senapan dan amunisi menggunakan mobil Avanza warna silver pada hari Kamis, 5 Juni 2025,” ujar Areis, Sabtu, 21 Juni 2025.
Berdasarkan laporan tersebut, Kapolres Malteng segera memerintahkan tim untuk melakukan pengintaian. Mobil yang dicurigai kemudian dicegat dan digeledah sekitar pukul 18.30 WIT di Negeri Sifluru.
Dalam penggeledahan itu, polisi menemukan dua pucuk senjata api rakitan laras panjang, satu pucuk senapan tabung dilengkapi teleskop merek Monser, 36 butir amunisi konvensional, 27 butir amunisi senapan tabung, serta satu buah pompa tabung.
“Tim lalu melakukan pemeriksaan dan berhasil menemukan senjata api dan amunisi,” ungkap Areis.
Ia menjelaskan, mobil tersebut membawa lima orang, namun setelah pemeriksaan, hanya tiga yang terbukti terlibat dalam penyelundupan. Dua orang lainnya dipulangkan karena tidak terkait dengan kasus tersebut.
Ketiga tersangka dijerat dengan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 jo Pasal 55 dan/atau Pasal 56 KUHP tentang kepemilikan dan pengangkutan senjata api ilegal.
“Mereka kini telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Rumah Tanahan Negara (Rutan) Polda Maluku, dan tim penyidik sementara melengkapi berkas perkara tersebut,” kata Areis.
Penangkapan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan pascakonflik antara Desa Masiwulan dan Desa Sawai, dua desa bertetangga di Kecamatan Seram Utara yang belakangan ini rentan konflik sosial. (RIO)