I Like Monday

Terorisme Itu Merusak

×

Terorisme Itu Merusak

Sebarkan artikel ini

Catatan I Like Monday
Oleh: Ahmad Ibrahim


Dampak rendahnya pemahaman keagamaan dan lebih banyak memilih sikap eksklusif atau terpisah dari kelompok serta antikebhinekaan di tengah keragaman bisa saja membuat seseorang mudah menjadi resisten.


RakyatMaluku.co.id
– Sikapnya yang tertutup kerab membuat seseorang cenderung reaktif hingga berujung menjadi teroris.

Dari pengalaman selama ini membuktikan bahwa aksi terorisme pada hakikatnya merusak masyarakat itu sendiri.

Dari hasil penelitian BNPT diketahui bahwa 45 persen mereka yang reaktif dan terpapar melakukan aksi terorisme berawal dari pemahaman ideologi keagamaan yang keliru.

Dan, mengapa seseorang bisa dengan mudah terpengaruh dan berujung menjadi teroris karena pemahaman keagamaan yang parsial tak utuh dan konprehensif.

Anggapan itu saya catat sebagaimana disampaikan Kepala Seksi (Kasi) Pengawasan Jaringan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Andityas Pranowo S.Sos.I., M.S.I dalam diskusi bertema: Pitutur Cinta, Implementasi Ajaran Agama dalam Bingkai NKRI dengan Semangat Cinta Kasih bagi Tokoh Muda Lintas Agama, Rabu, (8/10/25).

Yang menyelenggarakan kegiatan ini adalah BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku melalui zoom.

Sebelum sambutan pembuka dibawakan oleh Ketua FKPT Maluku Ruslan Affandi Basry, SE, acara ini diawali Laporan Ketua Panitia Kabid Agama, Sosial, Ekonomi, dan Budaya FKPT Maluku Dr.Didin Baharudin, Lc, M.Ud.

Pitutur Cinta merupakan salah satu program rutin BNPT digelar pada sejumlah daerah. Kali ini Maluku mendapat giliran.

Pesertanya datang dari beragam latar belakang: mahasiswa, pemuda, pemuka agama, aktivis dan wartawan. Tercatat ada 112 peserta yang ikut. Ada pembicara pusat dan daerah.

Pitutur Cinta adalah ungkapan atau nasehat terkait pentingnya menyeleraskan pemahaman rasa cinta antarsesama dalam membangun harmonisasi baik sesama manusia maupun alam dan lingkungan.

Dan, diskusi hari itu tak lain mengingatkan kita pentingnya meningkatkan semangat nilai-nilai cinta-kasih kepada Tuhan, menjaga dan memelihara keharmonisan baik dengan masyarakat juga dengan diri sendiri dalam suasana penuh damai dan toleran.

Dalam diskusi ini terlihat Adityas Pranowo menampilkan gambar dampak kerusakan akibat aksi terorisme yang terjadi di beberapa negara khususnya di Syiria dan Iraq hingga membuat kedua negeri tersebut hancur berantakan.

Apa yang terjadi di Syiria dan Iraq menunjukkan bahwa pada hakikatnya aksi radikalisme dan terorisme itu memiliki daya rusak.

Untuk menjadi seseorang berpaham teroris tidak seketika terjadi begitu saja, tapi ia dibentuk melalui sebuah proses diawali dari sikapnya yang intoleran lalu kemudian berkembang dan memilih sikap antikbhinekaan, antiideologi Pancasila diikuti proses indoktrinasi hingga berkembang menjadi radikal.

Mereka yang punya pemahaman dan pendidikan keagamaan yang rendah mudah diindoktrinasi dan seketika menjadi tertutup, menyendiri, lalu mengakafkan diri untuk dibaiat hingga kemudian menjadi militan dan berujung sebagai teroris.

Ia pun menguraikan ciri-ciri generasi muda yang terpapar paham radikal itu. Salah satunya yakni mendadak memilih sikap antisosial, berkumpul dengan komunitas yang dirahasiakan, perubahan sikap emosional ketika berbicara, mengungkapkan kecurigaan dan kritik yang berlebihan.

Selain itu memutus komunikasi dengan orang tua dan keluarga, menampakkan sikap, pandangan, dan tindakan yang berbeda, serta cenderung tidak senang pada pemikiran tokoh agama yang mainstream dan moderat.

Salah satu cara mudah untuk mengenali ciri seseorang yang berubah sikap dari paham radikal ke terorisme yakni pertama rajin mencari informasi tentang ideologi dan ajaran.

Kedua, menarik diri dari masyarakat dan hubungan sebelumnya, ketiga berkonflik dengan keluarga dan orang terpercaya, keempat mengubah diri secara drastis (pakaian, pekerjaan, dan aktifitas sehari-hari).

Selanjutnya bergaul secara intensif dengan komunitas pertemanan radikal, membuat pernyataan publik yang mendukung pandangan dan sikap radikal, lalu terakhir bergabung dalam organisasi radikal hingga terlibat dalam persiapan dan perencanaan aksi.

Diskusi virtual bertema: Pitutur Cinta, Implementasi Ajaran Agama dalam Bingkai NKRI dengan Semangat Cinta Kasih bagi Tokoh Muda Lintas Agama selain menampilkan narasumber nasional yang disampaikan Andityas Pranowo juga ada Anis Masykhur, Kasubdit Pendidikan Vokasi dan Inklusi Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.

Juga menampilkan pembicara lokal yakni Wakil Rektor 2 UIN AM.Sangadji Ambon yang juga tak lain Kabid Survei dan Penelitian FKPT Maluku Dr.Saidin Ernas, M.Si.

Ketua FKPT Maluku Ruslan Affandi Basry, SE Ruslan Affandi Basry dalam kesempatan itu mengatakan, tema “Pitutur Cinta” ini punya makna nasehat atau petuah sebagai bentuk membangun karakter dalam semangat toleransi, kasih sayang, dan kedamaian baik untuk sesama dan antarkomunitas masyarakat.

Jadi, makna “Pitutur Cinta” juga bisa dimaknai sebagai upaya kita sama-sama menanamkan nilai-nilai cinta kasih kepada Tuhan, dan memelihara keharmonisan dengan lingkungan, masyarakat bahkan diri kita sendiri dalam suasana yang harmonis, damai, dan toleran.

Dan, cara terbaik menghindari rendahnya pemahaman keagamaan dan sikapnya yang eksklusif serta antikebhinekaan di tengah keragaman itu jauh lebih baik ketimbang kemudian menjadi militan hingga berujung sebagai teroris. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *