EKONOMIGaya Hidup & KesehatanMaluku TengahNEWS UPDATEPENDIDIKANPOLITIK

Mercy: Bangun Ekonomi Rakyat Lewat Kearifan Lokal

RAKYATMALUKU.CO.ID — SALAHUTU — Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil Maluku, Mercy Chriesty Barends, menegaskan pentingnya membangun ekonomi rakyat berbasis kearifan lokal dan budaya.

Hal ini disampaikan Mercy kepada wartawan usai membuka kegiatan Semarak Budaya Seri ke-IV bertema “Peran Budaya Lokal dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan”, di Kafe Mari Bos, Negeri Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Selasa, 29 Juli 2025.

Dalam kegiatan yang digelar Komisi X DPR RI bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan RI itu, Mercy menyampaikan bahwa penyelesaian konflik wilayah adat harus menjadi prioritas utama agar pembangunan desa tidak terus-menerus terhambat.

“Banyak akar konflik yang terjadi karena persoalan batas wilayah adat tidak pernah dituntaskan. Mekanisme formal seperti pelibatan aparat negara hingga tokoh agama sudah dilakukan, tapi persoalan tidak juga selesai. Maka, mekanisme informal melalui pranata adat harus dimaksimalkan,” katanya.

Ia mencontohkan, penyelesaian dapat dilakukan melalui dialog adat antar negeri, sistem giliran pemanfaatan hasil sumber daya, hingga konsep bagi hasil. Menurutnya, pendekatan musyawarah dan kearifan lokal dapat menghindarkan pertikaian berkepanjangan.

“Kalau konflik terus dibiarkan, itu seperti luka kecil yang dibiarkan membusuk. Harus ada mekanisme penyelesaian di tempat masalahnya, agar tidak menjalar ke mana-mana,” ujarnya.

Lebih lanjut, Mercy menyoroti pengelolaan dana desa yang saat ini cukup besar, bahkan ada desa yang sudah menerima hingga Rp35 miliar. Namun, ia menekankan pentingnya pengawasan strategis agar dana tersebut tidak sekadar digunakan untuk pembangunan fisik, melainkan diarahkan pada pengembangan kawasan ekonomi berbasis potensi lokal.

“Setiap desa memiliki potensi unggulan. Tapi kita tidak bisa lagi menjual produk seperti cengkeh, pala, atau jeruk secara konvensional. Harus ada pendekatan pemasaran berbasis kawasan, yang terintegrasi dengan budaya dan pariwisata,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa masyarakat desa sebenarnya memiliki ketangguhan ekonomi yang tinggi, dan sudah terbiasa hidup mandiri. Tantangannya kini adalah bagaimana mengarahkan ketangguhan itu ke arah pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan terukur.

“Sudah saatnya kita keluar dari pola pikir dimanjakan oleh alam. Kita harus mulai mengelola aset produksi secara kreatif dan inovatif agar ekonomi desa lebih dinamis dan masyarakat bisa benar-benar keluar dari kemiskinan,” pungkasnya. (RIO)

Exit mobile version