AMBON

Di Atas Hidangan Tradisi, Ambon Menyatukan Perbedaan

RakyatMaluku.co.id – Di jantung Kota Ambon, Senin 8 September 2025, jalanan yang biasanya dipenuhi hiruk pikuk kendaraan berubah menjadi hamparan meja panjang yang membentang.

Di atasnya tersaji aneka hidangan tradisi, seperti ikan bakar beraroma asap, colo-colo pedas yang menggugah selera, papeda yang lengket menyatukan rasa, hingga umbi-umbian yang mengingatkan pada kesederhanaan leluhur.

Inilah makan patita, sebuah tradisi tua yang tak sekadar menyajikan makanan, tetapi juga menyajikan persaudaraan.

Ribuan warga dari berbagai penjuru kota berbaur tanpa sekat. Mereka duduk berdampingan, tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau status sosial.

Tawa anak-anak, senyum orang tua, dan sapaan akrab antarwarga menjelma menjadi musik kehidupan yang hanya bisa lahir dari kebersamaan.

“Perayaan ulang tahun Kota Ambon ke-450 ini kita rayakan dengan makan patita. Masyarakat dan pemerintah duduk sama-sama, menikmati berkat yang disediakan,” ujar Walikota Ambon, Bodewin Wattimena, di sela acara yang digelar serentak di Jalan A.Y. Patty dan Pattimura Park.

Ia tahu, tidak semua warga bisa ikut mencicipi setiap hidangan yang tersaji. Namun bagi Wattimena, nilai sejati makan patita bukan pada kenyangnya perut, melainkan kenyangnya rasa kebersamaan.

“Ini wujud syukur, tanda bahwa Ambon kuat karena persatuan,” tegasnya.

Jainudin (31), seorang warga, mengaku terharu bisa hadir di tengah perayaan. Bagi dia, makan patita bukan sekadar pesta rakyat, tetapi momen yang membuatnya merasa menjadi bagian dari satu keluarga besar.

“Ini bukan cuma soal makan gratis. Setiap tahun kita berkumpul, saling sapa, saling tersenyum. Di sini, kita bisa rasakan arti kebersamaan,” ucapnya.

Suasana semakin semarak ketika tokoh masyarakat, jajaran Forkopimda, para pelajar, hingga warga biasa larut dalam alunan musik dan riuh kebahagiaan. Tidak ada batasan. Tidak ada jarak. Semua menyatu di atas dulang panjang yang menjadi simbol persaudaraan orang Maluku sejak dulu kala.

Di setiap sendok papeda yang dililit, di setiap gigitan ikan bakar, terselip doa agar Ambon tetap menjadi rumah yang damai. Hidangan tradisi ini bukan sekadar pemenuhan rasa lapar, tetapi juga pengingat bahwa kota ini berdiri kokoh di atas keberagaman yang dipelihara.

Makan patita hari itu bukan hanya merayakan ulang tahun ke-450 Kota Ambon, tetapi juga merayakan persatuan hidup orang basudara. Di jalanan yang berubah menjadi ruang makan raksasa, Ambon kembali membuktikan bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk berpisah, melainkan alasan untuk duduk bersama, berbagi, dan tetap bersaudara. (MON)

Exit mobile version