AMBON

Saat Wapres Kunjungi Pasar Mardika dan Arumbae, “Jabat Tangan yang Bau Amis”

×

Saat Wapres Kunjungi Pasar Mardika dan Arumbae, “Jabat Tangan yang Bau Amis”

Sebarkan artikel ini
{"remix_data":[],"remix_entry_point":"challenges","source_tags":["local"],"origin":"unknown","total_draw_time":0,"total_draw_actions":0,"layers_used":0,"brushes_used":0,"photos_added":0,"total_editor_actions":{},"tools_used":{"ai_enhance":1},"is_sticker":false,"edited_since_last_sticker_save":true,"containsFTESticker":false}

RakyatMaluku.co.idSUASANA riuh pasar tradisional Mardika di Kota Ambon, Selasa, 14 Oktober 2025, berubah lebih semarak dari biasanya. Di antara tumpukan sayur, ikan, dan pisang yang dijajakan, ribuan pedagang dan warga berdesak-desakan di lorong sempit pasar. Bukan untuk berebut dagangan, tapi ingin melihat langsung sosok Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, yang datang menyapa rakyat kecil di jantung ekonomi Maluku itu.

Dalam kunjungan kerja (kunker) ke Provinsi Maluku, Gibran memilih pasar sebagai titik singgah penting. Ia tidak datang dengan jarak protokoler yang kaku. Justru, dengan langkah santai dan senyum ramah, Wapres muda itu berjalan menyusuri kios demi kios, menyalami para pedagang yang terkejut sekaligus bangga dikunjungi orang nomor dua di Indonesia.

“Perasaan bangga karena seorang wakil presiden bisa datang masuk pasar dan berpegangan tangan langsung dengan PKL yang tangan masih bau amis. Bisa ramah, memberikan kami uang, puji Tuhan baru pernah,” tutur Any Lalihatu, pedagang ikan yang matanya berkaca-kaca saat menceritakan momen langka itu.

Bagi Any dan pedagang lain, kunjungan Wapres Gibran bukan sekadar seremoni pejabat tinggi. Di tengah harga bahan pokok yang fluktuatif dan daya beli masyarakat yang belum stabil, kehadiran pemimpin yang mau mendengar langsung keluhan mereka di lapak-lapak sederhana terasa seperti napas segar.

Dari pengamatan di lapangan, Wapres Gibran tak hanya menyapa pedagang ikan, tapi juga menyambangi pedagang sayur dan buah-buahan, bahkan berbincang dengan penjual pisang yang sedang menata dagangannya. Ia tampak mencatat beberapa hal penting, sesekali berdialog dengan pejabat pendampingnya sambil terus menyalami warga yang mendekat.

Setelah berkeliling di Pasar Mardika, Gibran melanjutkan kunjungannya ke Pasar Arumbae Negeri Batumerah, kawasan ekonomi rakyat lainnya di Kota Ambon. Di sana, ia kembali berdialog dengan pelaku usaha mikro, menanyakan harga komoditas dan kendala usaha.

Kunjungan ke dua pasar rakyat ini menjadi bagian dari agenda besar Wapres Gibran untuk mendengar langsung aspirasi masyarakat kecil, terutama pelaku ekonomi mikro dan pedagang tradisional di wilayah timur Indonesia.

Langkah Gibran di pasar-pasar tradisional ini menyampaikan pesan kuat bahwa ekonomi nasional tidak hanya hidup di gedung-gedung tinggi Jakarta, tapi juga di lapak-lapak kecil yang menjadi denyut nadi kehidupan rakyat.

Ketika meninggalkan Pasar Arumbae, Gibran melambaikan tangan kepada warga yang masih menunggu di sepanjang jalan. Beberapa pedagang spontan meneriakkan ucapan terima kasih, berharap kunjungan itu bukan yang terakhir.

Bagi rakyat kecil Ambon, hari itu bukan sekadar kunjungan kenegaraan. Ia menjadi simbol kedekatan antara pemimpin dan rakyat, di mana tangan yang biasa memegang dagangan bisa berjabat erat dengan tangan seorang wakil presiden.

Sebelum tiba di Mardika, Gibran juga menyempatkan diri menyapa penjual rujak di Pantai Natsepa, serta meninjau sejumlah proyek strategis nasional seperti Menara Pandang Bendungan Way Apu di Kabupaten Buru dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Waai di Kabupaten Maluku Tengah. (MON)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *