RakyatMaluku.co.id – FENOMENA kekerasan yang terjadi di Maluku saat ini selain dipengaruhi oleh faktor laten seperti miras, konflik antarkampung, batas tanah dll, namun yang tidak kalah penting pengaruh medsos juga ikut menjadi andil mengubah dan mempengaruhi cara pandang kita khususnya generasi muda dalam melihat kekerasan.
“Seiring perubahan yang terjadi maka dalam memahami konflik saat ini menuntut kita semua harus punya cara pandang berbeda,” demikian disampaikan pembicara yang juga Wakil Rektor 2 UIN AM.Sangadji Ambon DR.Saidin Ernas, M.Si, mengawali diskusi bertema: Pitutur Cinta, Kolaborasi Pelajar Lintas Agama dalam Menciptakan Kesejukan, Kedamaian yang Inklusif dalam Beragama, Ambon, Rabu, (8/10/25).
Menurut Saidin Ernas, jika dulu kita melihat Tugu Perdamaian itu identik dengan kekerasan komunal dalam artian fisik maka ancaman yang terjadi di hadapan kita saat ini bukan lagi kekerasan fisik tapi lebih pada kekerasan digital.
Sebab kekerasan yang terjadi di hadapan kita saat ini bukan lagi semata-mata dibentuk oleh fakta tapi lebih dipengaruhi oleh persepsi.
Generasi muda kita dan para pelajar di Maluku yang tak pernah mengalami konflik komunal masa lalu tentu akan sangat mudah dipengaruhi oleh persepsi karena dampak medsos yang juga didukung oleh algoritma.
“Ini namanya kekerasan simbolik. Walau pun fakta itu terjadi tapi karena dipengaruhi medsos dan tidak didukung oleh verifikasi dan hoax hingga menimbulkan kekerasan. Inilah kekerasan simbolik karena telah dibentuk oleh persepsi,” ujarnya.
Acara yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku secara virtual ini diikuti lebih 100 peserta mengetengahkan semangat nilai-nilai cinta kepada Tuhan, menjaga dan memelihara keharmonisan baik dengan lingkungan, masyarakat dan diri sendiri dalam suasana damai dan toleran.
Acara diawali Laporan Ketua Panitia Kabid Agama, Sosial, Ekonomi, dan Budaya FKPT Maluku Dr.Didin Baharudin, Lc, M.Ud, dan diikuti pembukaan dan sambutan oleh Ketua FKPT Maluku Ruslan Affandi Basry, SE.
Menurut DR.Saidin Ernas, begitu mudah pengaruh medsos hingga membuat banyak di antara generasi muda kita tidak sedikit yang mempelajari agama tak lagi melalui guru atau tokoh agama tapi justeru melalui medsos.
Dari hasil penelitian atas pengaruh medsos itu, ditemukan fakta bahwa untuk saat ini tidak ada tokoh di Maluku yang menjadi panutan.
“Pemuka agama seperti Pdt Gilbert, Ustad Abdul Somad, dan Ustad Adi Hidayat justeru yang menjadi idola mereka. Ini tentu menjadi tantangan bagi para tokoh dan lembaga agama,” ujarnya.
Mereka para tokoh agama di Maluku, kata Dr.Saidin Ernas, tidak boleh abai atas fenomena medsos ini. Mereka harus punya basis sosiologis dan antropologis di masyarakat jika tidak mau kehilangan otoritas dan panutan pada komunitasnya.
Ia juga mengingatkan, pengaruh medsos yang massif saat ini sangat rentan bagi generasi muda kita bila kemudian dalam memperdalam pengetahuan nilai-nilai keagamaan tidak dilandasi oleh pemahaman agama yang utuh, tapi dimaknai secara parsial alias dangkal dan merasa yakin bahwa apa yang dilakukan pastilah benar.
Menurut dosen Program Studi Pemikiran Politik Islam UIN AM.Sangadji Ambon yang jebolan Program Post Doktoral di Universitas Leiden Belanda, itu apa yang disampaikan dalam forum diskusi ini tentu berdasarkan pada survei dan penelitian.
Dari hasil survei yang dilakukan Dr.Saidin Ernas pada 2022 ditemukan fakta bahwa 81 persen anak muda kita di Maluku adalah pengguna aktif medsos.
“Dalam sehari mereka ini menghabiskan waktu sebanyak enam jam untuk bermedsos,” ujar putera Tutuktolu, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), itu.
Ia mempertanyakan jika waktu sebanyak itu mereka habiskan hanya untuk berselancar di dunia maya maka bagaimana dengan peran orang tua di rumah dan guru-guru kita dalam membentuk dan mengembangkan bakat dan kemampuan mereka.
Dari hasil penelitian tersebut, 69 persen mereka mengaku belajar melalui internet. Dan setelah mempelajari lewat medsos sebanyak 51 persen mereka ini mengaku langsung mengshare ke yang lain tanpa reserver.
Persoalannya, jika yang mereka pelajari terkait informasi berhubungan dengan keagamaan dan menyebarkannya tanpa melakukan verifikasi tentu memiliki dampak yang luas.
Jadi, problem dan ancaman kekerasan yang dihadapi generasi muda kita di Maluku saat ini selain masih dipengaruhi masalah laten seperti miras, konflik antarkampung, batas tanah dll, tapi pengaruh negatif medsos terhadap generasi muda kita juga tidak boleh diabaikan.
“Dan, ini semua tentu menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua terutama guru dan orang tua,” ujarnya.
Acara bertema: Pitutur Cinta, Implementasi Ajaran Agama dalam Bingkai NKRI dengan Semangat Cinta Kasih bagi Tokoh Muda Lintas Agama Melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku 2025 ini, selain menampilkan pembicara lokal Dr. Saidin Ernas, M.Si juga diikuti oleh narasumber nasional yang disampaikan oleh Andityas Pranowo, S.Sos.I., M.S.I, Kasi Pengawasan Jaringan BNPT, dan Anis Masykhur, Kasubdit Pendidikan Vokasi dan Inklusi Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. (DIB)