RakyatMaluku.co.id – DENTUMAN gong itu pecah di udara Desa Benjina, Kecamatan Aru Tengah, Kamis, 18 September 2025. Suaranya menggema, merambat hingga ke hati setiap orang yang hadir. Bukan sekadar tanda peresmian sebuah program, melainkan irama yang membangunkan kembali harapan rakyat Kepulauan Aru.
Di pelataran sederhana, di hadapan rakyatnya yang berjejer penuh senyum tulus, Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa bersama Bupati Kepulauan Aru Timotius Kaidel menyingkap tabir sebuah terobosan, yakni ‘Teras Pelayanan Publik’. Sebuah pintu baru yang dijanjikan akan membawa layanan dasar lebih dekat, lebih cepat, dan lebih manusiawi.
“Pelayanan publik adalah hak fundamental setiap warga negara. Kewajiban pemerintah adalah menyediakannya dengan mudah, cepat, terjangkau, dan berkualitas,” suara Hendrik tegas, namun matanya memandang penuh empati.
Kepulauan Aru adalah gugusan yang indah sekaligus penuh tantangan. Laut luas, jarak yang jauh, biaya yang mencekik, dan infrastruktur yang terbatas membuat pelayanan publik ibarat mimpi yang sulit diraih. Mengurus administrasi kependudukan, layanan kesehatan, hingga sekadar mendapatkan bantuan sosial sering kali berarti perjalanan panjang penuh biaya dan tenaga.
Karena itu, kehadiran Teras Pelayanan Publik di Benjina bukanlah sekadar gedung baru. Ia hadir sebagai jawaban nyata atas kerinduan rakyat yang lama menanti pelayanan yang tidak lagi berbelit, tidak lamban, dan jauh dari praktik pungli. Sebuah wajah baru: modern, bersih, efisien, dan ramah.
Hari itu menjadi istimewa, bukan hanya karena gong yang berdentum. Tepat tujuh bulan sejak Hendrik Lewerissa dilantik sebagai Gubernur Maluku, ia memilih Benjina untuk membuka hati.
“Beta harus jujur. Dari semua perjalanan dinas ke berbagai daerah di Maluku, kunjungan ke Benjina ini sangat terkesan bagi beta. Sambutan anak-anak yang penuh ketulusan mengukir perasaan tersendiri dalam hati dan sanubari Beta sebagai Gubernur Maluku,” ucapnya, dengan suara yang sempat bergetar.
Hening sejenak. Lalu, tepuk tangan panjang rakyat Benjina pecah, bercampur sorak gembira dan mata yang berbinar. Mereka yang sejak pagi menanti di tepi jalan, menyambut pemimpin dengan senyum polos dan tarian pesisir sederhana, seakan ingin berkata, “Kami percaya, kami menaruh harapan”.
Kunjungan itu bukan hanya soal peresmian. Hendrik juga menyaksikan denyut ekonomi rakyat yang tumbuh dari laut. Ibu-ibu BUMD Urauni dengan tangan terampilnya mengolah udang menjadi terasi khas Benjina, produk sederhana namun bernilai, kini mulai merambah pasar.
“Beta kagum dengan kerja keras masyarakat. Dari laut, mereka tidak hanya menjual hasil tangkapan, tapi mampu mengolahnya menjadi produk bernilai tambah. Inilah wajah ekonomi rakyat yang sesungguhnya,” ujar Hendrik sambil mengangkat terasi hasil karya warga.
Kala gong berdentum di Benjina, bukan hanya suara logam yang terdengar, melainkan gema janji baru. Sebuah awal bahwa pelayanan publik bisa lebih dekat, bahwa harapan rakyat Aru tidak lagi terjebak di antara laut dan jarak, tetapi menyala, hidup, dan menuntun langkah menuju masa depan.
Hari itu, Benjina tak hanya menyambut pemimpin. Ia menyambut harapan. Harapan yang menyala bersama dentuman gong, bersama hati rakyat Aru yang selalu percaya bahwa perubahan akan benar-benar tiba. (RIO)